Diberdayakan oleh Blogger.

Pengikut

Mengenai Saya

Foto saya
Hmm, orangnya sudah pasti menyenangkan
TheHack3r.com
RSS

Mendidik Anak Cerdas Dan Ceria

Mendidik Anak Cerdas Dan Ceria            Semua orang tua berharap bisa memperoleh anak yang cerdas. Sejak anak berusia dini mereka ikhlas berkorban secara moril dan materi untuk mendidik mereka. Dalam hal ini orang tua terlihat begitu ringan untuk mengeluarkan dana untuk pendidikan dan  memilihkan tempat belajar yang berkualitas. Juga membelikan fasilitas permainan dan pendidikan buat  mereka. Kadang kala mempunyai anak yang cerdas namun karakternya menyebalkan - suka berbicara kasar dan kurang sopan - telah membuat orang tua menjadi stress dan mengurut dada sepanjang hari. Maka orang tua berharap sangat “Bagaimana ya supaya aku punya anak yang cerdas dan pribadi yang hangat” , seperti kata orang Minang, mulut manis kucindan murah (anak yang berbudi dan berbahasa yang santun).
           Apa mungkin kita bisa memperoleh dan mendidik anak yang cerdas dengan pribadi hangat seperti membalik telapak tangan? Tentu saja tidak dan orang tua, dengan dukungan lingkungan, perlu berusaha memberi model terlebih dhulu. Adalah isapan jempol untuk memperoleh anak yang lembut dalam berbicara sementara ayah dan ibu membuadayak cara berbahasa yang keras, kaku dan ksar. Dalam mendidik dan membimbing anak orang tua modern selalu mencari rujukan pada buku dan literatur lain. Imam Suprayoga (dalam Karim, 1982:128) mengatakan ada 3 teori tentang mendidik anak yaitu: teori pendidikan tabularasa, teori nativis dan teori konvergensi (gabungan dari dua teori sebelumnya).
           Dalam teori tabularasa dinyatakan bahwa setiap anak terlahir seperti kertas putih, orang tua dan lingkunganlah yang akan menentukan warna atau karakter pada mereka. Dalam teori nativist dinyatakan bahwa setiap anak lahir membawa bakat dan potensi masing-masing. Kemudian dalam teori konvergensi dinyatakan bahwa setiap anak terlahir membawa bakat dan potensinya masing-masing, sedangkan orang tua dan lingkungan turut mempengaruhinya.
           Jika semua anak ketika lahir hanya pandai menangis, namun setelah beberapa tahun kemudian karakter mereka terlihat berbeda satu sama lain terlihat jelas. Perbedaan mereka terjadi karena perbedaan pada fisik, pengetahuan, pengalaman dan inteligensi atau IQ. Untuk hal ini teori konvergensi lebih mendukung pernyataan ini. Agar orang tua bisa sebagai pendamping dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, maka mereka seharusnya memiliki pengetahuan tentang pendidikan anak. Untuk bisa mengoperasikan mesin cuci saja juga dibutuhkan pengetahuan. Orang tua misalnya bisa membaca berbagai artikel dan literature. Adams (1988) menulis buku tentang “your child can be a genius and happy, a practical guide for parents”. Buku tersebut cukup praktis untuk dipahami dan pokok pembahasannya adalah seputar peran orang tua sebagai guru pertama dalam hidup anak, bagaimana mengkondisikan anak untuk melakukan eksplorasi atau penjelajahan edukatif , dan bagaimana membantu anak untuk mengenal pendidikan sejak usia dini.
           Orang tua Sebagai Guru Pertama Dalam Hidup
           “Siapakah guru pertama kamu dalam hidup, yang mengajar kamu dalam bersopan santun, yang mengajarkan kamu cara berkomunikasi, dan yang mengajarkan kamu bagaimana cara hidup sehat ?” Maka semua anak akan menjawab serentak “ayaaaah dan ibuuu !!” Tentu saja para orang tua. Memang benar bahwa itulah bahagian dari tanggung jawab orang tua dalam mendidik dan merawat pertumbuhan anak.
Orang tua sebagai pendidik anak idealnya harus merencanakan dan menyusun kegiatan anak di siang hari untuk bermain, sejak mereka berusia bayi kapan perlu hingga mereka berusia remaja. Tentu saja mereka perlu menyediakan sarana untuk berbagai aktivitas dalam rangka mengembangkan intelegensi mereka. Apakah musti sarana yang serba mahal dan serba elektronik dan serba digital ? Tentu saja tidak, karena tidak semua orang tua yang memiliki uang yang berlebih. Maka benda-benda sederhana seperti balok-balok, majalah bekas, crayon, peralatan yang ada di rumah juga bisa memberi nilai edukatif bagi anak.
Untuk menumbuhkan anak cerdas, maka mereka tidak hanya butuh benda dan permainan, namun juga membutuh orang lain. Ini berarti bahwa mereka harus mempunyai teman yang banyak. Teman ereka tidak musti semua anak-anak yang cerdas. Dari sana kelak mereka bisa kenal dengan watak dan kualitas teman. “Si Jeki jadi bodoh karena suka buang-buang waktu dan menunda ninda pekerjaan”. Keadaan teman yang lain adalah ada yang bodoh, pintar, pemalas, sportif, dan lain-lain.
Agaknya orang tua juga perlu mengenal teknik pengajaran di rumah, mungkin dalam bentuk menceramahi anak, memberi contoh, menyuruh, mendikte dan sebagainya. Namun cara mendidik ang lebih baik adalah dengan membiarkan anak untuk berbuat dan mencobanya langsung. Sejak usia 0-5 tahun, anak memang paling baik belajar lewat bermain dan menggunakan objek. Mengapa demikian ? Ya karena mereka butuh pengalaman nyata.
Waktu adalah faktor pertama dalam pendidikan. Disini bukan bearti yang dibutuhkan adalah waktu yang lama. Apa gunanya bermain dan belajar begitu lama kalau anak merasa bosan. Bagi orang tua yang punya karir padat, lebih baik melowongkan sedikit waktu untuk mlakukan kebersamaan yang menyenangkan bersama anak lewat bermain, bercakap, dan belajar bareng. Waktu yang dihabiskan orang tua bersama anak untuk mengobrol akan menguatkan ikatan antara orang tua dan anak.
Sebagaimana dikatakan bahwa orang tua adalah guru pertama anak, musti menjadi guru yang terhebat bagi mereka. Orang tua yang punya prinsip masa bodoh, akan berpotensi menghancurkan masa depan anaknya sendiri. Orang tua adalah juga psikolog terbaik bagi anak, karena dialah orang yang selalu mengamati pertumbuhan dan perkembangan anak. Mereka akan melihat bakat dan minat anak sejak usia dini. Sebagian anak, misalnya, memperlihatkan bakat khusus pada musik dan seni saat usia dini. Namun bakat matematika dan bahasa bisaanya terlihat agak terlambat. Albert Einstein, sebagai contoh, yang dianggap sebagai anak bodoh karena perkembangannya terlambat saat di sekolah.
Orang tua biasanya menemukan karakter khusus anak melalui observasi harian. Kadang-kadang juga menemui hal hal yang cukup kontra dan serba aneh. Juga, kadang kala anak yang punya bakat/ cerdas melakukan pekerjaanya tidak rapi dan tidak tertarik terhadap pekerjaan yang berulang-ulang. Selanjutnya bahwa sekolah tidak dapat diharapkan begitu banyak dalam menyediakan fasilitas buat anak berbakat. Orang tua sendirilah yang musti menyediakan buku dan perlengkapan khusus mereka.
Melakukan Eksplorasi Bersama Anak
Kata lain dari eksplorasi adalah “penjelajahan”. Eksplorasi adalah kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan manusia. Melalui eksplorasi Columbus menemui benua Amerika, melalui eksplorasi Neil Amstrong mendaratkan kaki di bulan. Kegiatan intelektual dan usaha kreatif yang dilakukan oleh tokoh sejarah adalah melalui eksplorasi. Sebelum mendirikan restoran atau rumah makan Padang, sebagai contoh, orang Minang terlebih dahulu melakukan eksplorasi- melakukan penjelajahan, menilai dan melakukan perenungan. Sampai akhirnya diperoleh kata sepakat “Uda di dekat terminal ini sangat cocok kita bangun restoran Padang”. Al-Gazalli juga melakukan eksplorasi, dalam bentuk penjelajahan dan kontemplasi jiwa, hingga menghasilkan tulisan yang berjudul “Ihya u’lumiddin” yang berarti menghidupkan ilmu agama.
Untuk membuat anak menjadi cemerlang maka mereka perlu melakukan eksplorasi, dalam bentuk kegiatan bermain, penjelajahan dan aktifitas kecil-kecilan. Tentu saja orang tua tidak perlu memaksakan sesuatu aktifitas pada anak kalau akan membuatnya bosan. Anak-anak yang asyik tenggelam dengan aktifitasnya dalam sebuah mobil rongsokan, anak yang lagi asyik memanjat pohon kecil (pohon cherry), menangkap capung dan belalang atau memilih-milih kerikil yang aneh di pinggir sungai adalah beberapa contoh bentuk eksplorasi yang lazim mereka lakukan.
Eksplorasi anak-anak yang berusia lebih kecil bisaanya dilakukan di rumah. Aktifitas eksplorasi mereka disebut denga “exploring play” atau bermain eksplorasi. Exploring play dilakukan dengan air, pasir basah dan plasticine. Tentu saja mereka kadang-kadang perlu ditemani demi kenyamanan. Bisaanya selama exploring play anak-anak bertanya tidak henti-hentinya. “Wah menyebalkan ini anak, bicara dan bertanya melulu” gerutu orang tua. Namun demi pertumbuhan bahasa dan kecerdasan mental atau kognitif mereka, maka orang tua musti menjauhkan rasa bosan atas pertanyaan demi pertanyaan sang anak.
Permainan menjelajah sangat penting bagi anak dalam rangka mengembangkan majinasi mereka. Anak-anak yang berada di daerah pedesaan dan di daerah yang lebih luas untuk akses ke luar rumah lebih beruntung dalam melakukan eksplorasi yang bersifat alami: menangkap burung pipit yang memangsa padi di sawah, menangkap belut dan ikat dalam aliran air dan sampai kepada aktifitas membongkar pasang alat permainan.
Sejak menjamurnya kemajuan teknologi digital maka banyak anak yng menyenangi eksplorasi digital dalam dunia maya lewat game PS (play station) dan game lain yang berbasis teknologi komputer. Gara-gara orang tua kurang mencampuri pembagian waktu mereka, maka banyak anak yang menjadi pencandu digital-game, dimana mereka menjadi game maniak- kerajingan berada pada Play Station, di depan layar komputer atau dalam boks warnet (warung internet) selama berjam-jam sampai melupakan tanggug jawab belajar, beribadah dan membantu pekerjaan di rumah. Kepedulian orang tua untuk mengajak anak untuk melakukan aktifitas yng berimbang antara bermain, belajar dan membantu orang tua sungguh sangat diperlukan.
Disamping mendorong anak untuk melakukan eksplorasi, orang tua juga perlu menumbuhkan kemampuan berkomunikasi mereka. Dalam hal ini orang tua lebih baik memulainya dengan mengajak anak untuk ngobrol (berbicara) sejak usia bayi tentang aktifitas yang dijalankan , agar kemampuan berbicaranya juga meningkat terus. Selanjutnya orang tua juga bisa memperkenalkan alat-alat tulis seperti pensil, pena, crayon dan majalah majalah tua buat balita mereka. Kegiatan ini sangat baik diikuti oleh orang tua yang lain, karena dasar untuk belajar menulis dan membaca dalam usia dini memang terletak di rumah. Oleh sebab itu rumah, orang tua, musti meyediakan sarana belajar, bermain dan hiburan seperti lagu-lagu, irama, koleksi buku cerita serta buku-buku jenis lainnya.
Memperkenalkan Pendidikan Sedini Mungkin
Anak yang mengenal dunia sekolah lebih awal, mental belajarnya lebih siap dari pada anak yang belum mengenal sekolah sama sekali. Pendidikan paling rendah seperti TK dan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) adalah bentuk pengenalan terhadap dunia pendidikan (pra sekolah) sebelum mengenal dunia pendidikan yang sebenarnya kelak. Pendidikan pra-sekolah, juga, merupakan tempat dimana mereka bisa belajar untuk bersosial dengan anak-anak seusianya. Mereka juga perlu belajar bagaimana berada jauh dari rumah dan bagaimana berkomunikasi dengan orang-orang lain.
Anak anak yang belajar pada TK juga sudah punya kurikulum dalam kegiatan belajar membaca- mengenal huruf dan kata, yang mana kegiatan ini bisa jadi sebagai “pre-reaing activity” untuk masa-masa selanjutnya. Praktek yang terbaik (best practice) untuk membaca bagi mereka adalah melalui aktivitas membaca itu sendiri. Disamping kegiatan membaca yang dipandu oleh guru TK di sekolah, orang tua juga perlu memberi penguatan atas kemampuan “pre-reading activity anak”. Memberiikan pujian atau reward bila anak sudah menunjukan kemajukan atau reward juga berguna untuk mendorong minat dan motivasi belajar mereka. Orang tua perlu membuat session membaca bagi anak, namun tidak perlu terlalu lama, cukup hanya sekitar 20 menit, kecuali kalau sang anak menyukainya.
Sejak anak berusia 5 atau 6 tahun sampai mereka berusia remaja, mereka menyukai cerita humor. Maka sangat bijak bila orang tua juga menyediakan cerita humor dan komik yang lucu buat mereka. Namun apa yang musti dilakukan untuk mendukung kegiatan “reading society”- masyarakat yang gemar membaca yang dimulai dari tingkat keluarga ? Pada berbagai rumah tangga, yang banyak disediakan orang tua adalah “home theatre” kecil-kecilan untukmenghibur anak/ keluarga sepanjang hari. Kalau mengkonsumsi hiburan yang ber nilai pendidikan, itu tentu saja cukup bagus, asal tidak menyita waktu anak sampai berjam-jam, apalagi sampai membuat mereka malas dan lalai untuk melakukan aktifitas lain.
Ternyata kunci rahasia keberhasilan sebahagian keluarga dalam bidang akademis adalah karena mereka sangat peduli dengan kegiatan akademis itu sendiri exist dalam keluarga. Di rumah terdapat koleksi bahan bacaan, komik, buku cerita, buku agama, novel, buku-buku pencerahan diri dan sampai kepada majalah dan koran yang mereka konsumsi secara teratur. Kalau pun ada unsur hiburan seperti VCD Player, karaoke, tape recorder, dan TV dengan antene satellite, namun penggunaan ini mereka atur agar keluarga tidak menjadi penonton yang maniac. Mereka mengenal waktu bermain, belajar, beribadah, waktu untuk kebersamaan , dan sebagainya.
Keluarga yang sudah peduli dengan arti pendidikan juga mendukung aktifitas anak untuk kegiatan di luar rumah. Aktivitas- aktivitas di luar rumah yang dapat meningkatkan pengalaman serta wawasan anak adalah seperti: menanam biji, merebus air, membuat layang-layang, mencari dan mengamati serangga, bermain magnet, memasak, melakukan perjalanan, dan main gelembung sabun (main air), dan lain lain. Kegiatan seperti ini tentu tidak butuh biaya besar.
Mendambakan anak-anak cerdas, santun, sholeh dan memiliki pribadi yang hangat tentu saja  adalah harapan semua keluarga. Namun anak anak yang demikian tidak langsung ada ketika terlahir ke dunia. Mereka tumbuh lewat proses lewat bimbingan, arahan, diberi pengalaman, kesempatan dan fasilitas, tentu saja semampu orangtua. Hal lain yang perlu dilakukan orang tua adalah seperti orang tua menyiapkan dirinya terlebih dahulu sebagai pendidik anak terbaik di rumah, mengajak dan mendorong anak untuk melakukan ekplorasi edukatif dan memperkenalkan pendidikan sejak sedini mungkin. (Marjohan, M.Pd juga penulis buku “School Healing Menyembuhkan Problem Sekolah”).
(CATATAN: 1) Adams, Ken. (1988). Your Child Can be A Genius and Happy, A Practical Guide For Parents. Wellingborough, England: Thorsons Publishing Group. 2) Karim, Mhd Rusli. (1982). Seluk Beluk Perubahan Sosial. Surabaya: Usaha Nasional.)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pemberian Pelayanan bagi Anak Berbakat dan Anak Kreatif




Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa: "warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus" (Pasal 5; ayat 4). Di samping itu juga dikatakan bahwa "setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya" (pasal 12; ayat 1b). Hal ini merupakan berita yang menggembirakan bagi warga negara yang memiliki bakat khusus dan tingkat kecerdasan yang istimewa untuk mendapat pelayanan pendidikan sebaik-baiknya. Anak berbakat adalah anak yang memiliki kecerdasan atau kelebihan yang luar biasa jika dibandingkan dengan anak-anak seusianya.
1. Definisi Anak berbakat
Anak berbakat adalah mereka yang memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul dan mampu memberikan prestasi yang tinggi. Anak berbakat memerlukan pelayanan pendidikan khusus untuk membantu mereka mencapai prestasi sesuai dengan bakat-bakat mereka yang unggul. Bakat” (aptitude) pada umumnya diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Berbeda dengan bakat, “kemampuan” merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan (performance) dapat dilakukan sekarang. Sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan dimasa yang akan datang. Bakat dan kemampuan menentukan “prestasi” seseorang. Jadi prestasi itulah yang merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan.
2. Ciri-Ciri Anak berbakat
Ciri-ciri anak berbakat menurut Martinson (1974) adalah sebagai berikut:
  • Gemar membaca pada usia lebih muda
  • membaca lebih cepat dan lebih banyak
  • memiliki perbendaharaan kata yang luas
  • mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
  • mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah “dewasa”
  • mempunyai inisiatif, dapat bekerja sendiri
  • menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal
  • memberi jawaban-jawaban yang baik
  • dapat memberikan banyak gagasan
  • luwes dalam berpikir
  • terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan
  • mempunyai pengamatan yang tajam
  • dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati
  • berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri
  • senang mencoba hal-hal baru
  • mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi
  • senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah
  • cepat menangkap hubungan-hubungan (sebab akibat)
  • berperilaku terarah kepada tujuan
  • mempunyai daya imajinasi yang kuat
  • mempunyai banyak kegemaran (hobi)
  • mempunyai daya ingat yang kuat
  • tidak cepat puas dengan prestasinya
  • peka (sensitif) dan menggunakan firasat (intuisi)
  • menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.

    Anak-anak berbakat biasanya ditandai pula dengan:
1. Kemampuan inteligensi umum yang sangat tinggi; biasanya ditunjukkan dengan perolehan tes inteligensi yang sangat tinggi, misal IQ diatas 120.
2. Bakat istimewa dalam bidang tertentu; misalnya bidang bahasa, matematika, seni, dan lain-lain. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan prestasi istimewa dalam bidang-bidang tersebut.
3. Kreativitas yang tinggi dalam berpikir; yaitu kemampuan untuk menemukan ide-ide baru.
4. Kemampuan memimpin yang menonjol; yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan harapan kelompok.
5. Prestas-prestasi istimewa dalam bidang seni atau bidang lain; misalnya dalam seni musik, drama, tari, lukis, dan lain-lain.

3. Tanda-tanda Umum Anak Berbakat
Sejak usia dini sudah dapat dilihat kemungkinan ada atau tidaknya bakat tertentu dari anak. Sebagai contoh: “anak yang baru berumur dua tahun tetapi lebih suka memilih alat-alat mainan untuk anak berumur 6-7 tahun; atau anak usia tiga tahun tetapi sudah mampu membaca buku-buku yang diperuntukkan bagi anak usia 7-8 tahun. Mereka akan sangat senang jika mendapat pelayanan seperti yang mereka harapkan.”
Anak yang memiliki bakat istimewa sering kali memiliki tahap perkembangan yang tidak serentak. Ia dapat hidup dalam berbagai usia perkembangan, misalnya: anak berusia tiga tahun, jika sedang bermain ia terlihat seperti anak seusianya, tetapi jika sedang membaca ia menampilkan sikap seperti anak berusia 10 tahun, jika mengerjakan soal matematika ia seperti anak berusia 12 tahun, dan jika berbicara seperti anak berusia lima tahun.
Yang perlu dipahami adalah bahwa anak berbakat umumnya tidak hanya belajar lebih cepat, tetapi juga sering menggunakan cara yang berbeda dari teman-teman seusianya. Hal ini tidak jarang membuat guru di sekolah mengalami kewalahan, bahkan sering merasa terganggu dengan anak-anak seperti itu. Di samping itu anak berbakat istimewa biasanya memiliki kemampuan menerima informasi dalam jumlah yang besar sekaligus. Jika ia hanya mendapat sedikit informasi maka ia akan cepat menjadi "kehausan" akan informasi.
Di kelas Taman Kanak-Kanak atau Sekolah Dasar. Anak-anak berbakat sering tidak menunjukkan prestasi yang menonjol. Sebaliknya justru menunjukkan perilaku yang kurang menyenangkan, misalnya: tulsiannya tidak teratur, mudah bosan dengan cara guru mengajar, terlalu cepat menyelesaikan tugas tetapi kurang teliti, dan sebagainya. Yang menjadi minat dan perhatiannya kadang-kadang justru hal-hal yang tidak diajarkan di kelas. Tulisan anak berbakat sering kurang teratur karena ada perbedaan perkembangan antara perkembangan kognitif (pemahaman, pikiran) dan perkembangan motorik, dalam hal ini gerakan tangan dan jari untuk menulis. Perkembangan pikirannya jauh lebih cepat daripada perkembangan motoriknya. Demikian juga seringkali ada perbedaan antara perkembangan kognitif dan perkembangan bahasanya, sehingga dia menjadi berbicara agak gagap karena pikirannya lebih cepat daripada alat-alat bicara di mulutnya. Tapi itu tidak terjadi pada semua anak berbakat, hanya beberapa dari mereka saja.

4. Tujuan dari pendidikan anak berbakat
Tujuan pendidikan anak berbakat adalah agar mereka menguasai sistem konseptual yang penting sesuai dengan kemampuannya, memiliki keterampilan yang menjadikannya mandiri dan kreatif, serta mengembangkan kesenangan dan kegairahan belajar untuk berprestasi.
5. Kebutuhan dan Pelayanan bagi Anak Berbakat
Kebutuhan pendidikan anak berbakat ditinjau dari kepentingan anak berbakat itu sendiri, yaitu yang berhubungan dengan pengembangan potensinya yang hebat. Untuk mewujudkan potensi yang hebat itu, anak berbakat membutuhkan peluang untuk mencapai aktualisasi potensi yang dimilikinya melalui penggunaan fungsi otak, peluang untuk berinteraksi, dan pengembangan kreativitas dan motivasi internal untuk belajar berprestasi. Dari segi kepentingan masyarakat, anak berbakat membutuhkan kepedulian, pengakomodasian, perwujudan lingkungan yang kaya dengan pengalaman, dan kesempatan anak berbakat untuk berlatih secara nyata.
Selanjutnya dalam menentukan jenis layanan bagi anak berbakat perlu memperhatikan beberapa komponen. Komponen persiapan penentunan jenis layanan seperti: Mengidentifikasi anak berbakat merupakan hal yang tidak mudah, karena banyak anak berbakat yang tidak menampakkan keberbakatannya dan tidak dipupuk. Untuk mengidentifikasi anak berbakat, perlu menentukan alasan atau sebab mencari mereka sehingga dapat menentukan alat indentifikasi yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Misalnya: jika memilih kelompok Matematika, maka pendekatannya harus mengarah pada penelusuran bakat matematika.
Selanjutnya komponen alternatif implementasi layanan meliputi: ciri khas layanan, strategi pembelajaran dan evaluasi. Hal-hal yang diperhatikan dalam ciri khas layanan adalah adaptasi lingkungan belajar seperti usaha pengorganisasian tempat belajar (sekolah unggulan, kelas khusus, guru konsultan, ruang sumber, dll). Selain itu ada adaptasi program seperti: usaha pengayaan, percepatan, pencanggihan, dan pembaharuan program, serta modifikasi kurikulum (kurikulum plus, dan berdiferensiasi).
Berkaitan dengan strategi pembelajaran bahwa strtategi pembelajaran yang dipilih harus dapat mengembangkan kemampuan intetelektual dan non intelektual serta dapat mendorong cara belajar anak berbakat. Karena itu anak berbakat membutuhkan model layanan khusus seperti bidang kognitif-afektif, moral, nilai, kreativitas, dan bidang-bidang khusus. Evaluasi pembelajaran anak berbakat menekankan pada pengukuran dengan acuan kriteria dan pengukuran acuan norma.
Pemberian program khusus untuk pendidikan anak berbakat ini dibuat karena anak-anak berbakat mempunyai kebutuhan pendidikan khusus. Anak-anak ini telah menguasai banyak konsep ketika mereka ditempatkan di satu kelas tertentu, sehingga sebagian besar waktu sekolah mereka akan terbuang percuma. Mereka mempunyai kebutuhan yang sama dengan siswa-siswa lainnya, yaitu kesempatan yang konsisten untuk belajar bahan baru dan untuk mengembangkan perilaku yang memungkinkan mereka mengatasi tantangan dan perjuangan dalam belajar sesuatu yang baru. Akan sangat sulit bagi anak-anak berbakat ini memenuhi kebutuhan tersebut bila mereka ditempatkan dalam kelas yang heterogen.(Winebrenner & Devlin, 1996).
Anak berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan dan minat yang berbeda dari kebanyakan anak-anak sebayanya, maka agak sulit jika anak berbakat dimasukkan pada sekolah tradisional, bercampur dengan anak-anak lainnya. Di kelas-kelas seperti itu anak-anak berbakat akan mendapatkan dua kerugian, yaitu:
(1) anak berbakat akan frustrasi karena tidak mendapat pelayanan yang dibutuhkan,
(2) guru dan teman-teman kelasnya akan bisa sangat terganggu oleh perilaku anak berbakat tadi.
Beberapa pelayanan yang dapat diberikan pada anak berbakat adalah:
· Menyelenggarakan program akselerasi khusus untuk anak-anak berbakat. Program akselerasi ini yaitu dengan cara "lompat kelas", artinya, anak dari Taman Kanak-Kanak misalnya tidak harus melalui kelas I Sekolah Dasar, tetapi langsung ke kelas II, atau bahkan ke kelas III Sekolah Dasar. Demikian juga dari kelas III Sekolah Dasar bisa saja langsung ke kelas V jika memang anaknya sudah matang untuk menempuhnya. Jadi program akselerasi dapat dilakukan untuk seluruh mata pelajaran (akselerasi kelas atau akselerasi untuk beberapa mata pelajaran saja). Dalam program akselerasi untuk seluruh mata pelajaran berarti anak tidak perlu menempuh kelas secara berturutan, tetapi dapat melompati kelas tertentu, misalnya anak kelas I Sekolah Dasar langsung naik ke kelas III. Dapat juga program akselerasi hanya diberlakukan untuk mata pelajaran yang luar biasa saja. Misalnya saja anak kelas I Sekolah Dasar yang berbakat istimewa dalam bidang matematika, maka ia diperkenankan menempuh pelajaran matematika di kelas III, tetapi pelajaran lain tetap di kelas I. Demikian juga kalau ada anak kelas II Sekolah Dasar yang sangat maju dalam bidang bahasa Inggris, ia boleh mengikuti pelajaran bahasa Inggris di kelas V atau VI.
· Home-schooling (pendidikan non formal di luar sekolah). Cara lain yang dapat ditempuh selain model akselerasi adalah memberikan pendidikan tambahan di rumah atau di luar sekolah, yang sering disebut home-schooling. Dalam home-schooling orang tua atau tenaga ahli yang ditunjuk bisa membuat program khusus yang sesuai dengan bakat istimewa anak yang bersangkutan. Pada suatu ketika jika anak sudah siap kembali ke sekolah, maka ia bisa saja dikembalikan ke sekolah pada kelas tertentu yang cocok dengan tingkat perkembangannya.
· Menyelenggarakan kelas-kelas tradisional dengan pendekatan individual. Dalam model ini biasanya jumlah anak per kelas harus sangat terbatas sehingga perhatian guru terhadap perbedaan individual masih bisa cukup memadai, misalnya maksimum 20 anak. Masing-masing anak didorong untuk belajar menurut ritmenya masing-masing. Anak yang sudah sangat maju diberi tugas dan materi yang lebih banyak dan lebih mendalam daripada anak lainnya; sebaliknya anak yang agak lamban diberi materi dan tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Demikian pula guru harus siap dengan berbagai bahan yang mungkin akan dipilih oleh anak untuk dipelajari. Guru dalam hal ini menjadi sangat sibuk dengan memberikan perhatian individual kepada anak yang berbeda-beda tingkat perkembangan dan ritme belajarnya.
· Membangun kelas khusus untuk anak berbakat. Dalam hal ini anak-anak yang memiliki bakat/kemampuan yang kurang lebih sama dikumpulkan dan diberi pendidikan khusus yang berbeda dari kelas-kelas tradisional bagi anak-anak seusianya. Kelas seperti ini pun harus merupakan kelas kecil di mana pendekatan individual lebih diutamakan daripada pendekatan klasikal. Kelas khusus anak berbakat harus memiliki kurikulum khusus yang dirancang tersendiri sesuai dengan kebutuhan anak-anak berbakat. Sistem evaluasi dan pembelajarannyapun harus dibuat yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Kemampuan dasar atau bakat yang luar biasa yang dimiliki seorang anak memerlukan serangkaian perangsangan (stimulasi) yang sistematis, terencana dan terjadwal agar apa yang dimiliki, menjadi actual dan berfungsi sebaik-baiknya. Membiarkan seorang anak berkembang sesuai dengan azas kematangan saja akan menyebabkan perkembangan menjadi tidak sempurna dan bakat-bakat yang luar biasa yang sebenarnya mempunyai potensi untuk bisa diperkembangkan menjadi tidak berfungsi.
Tanpa pendidikan khusus yang meliputi pengasuhan yang baik, pembinaan yang terencana dan perangsangan yang tepat, mustahil seorang anak akan bisa begitu saja mengembangkan bakat-bakatnya yang baik dan mencapai prestasi yang luar biasa. Tanpa pendidikan khusus, bakat-bakat yang dimiliki akan terpendam (latent) atau hanya muncul begitu saja dan tidak berfungsi optimal.
Faktor yang perlu diperhatikan agar mencapai hasil yang diharapkan yakni:
1. Faktor yang ada pada anak itu sendiri, yaitu perlunya mengenal anak. Mengenal dalam arti mengetahui semua ciri khusus yang ada pada anak secara obyektif.
2. Faktor kurikulum yang meliputi:
Isi dan cara pelaksanaan yang disesuaikan dengan keadaan anak (child centered). Kurikulum pada pendidikan khusus tidak terlepas dari kurikulum dasar yang diberikan untuk anak lain. Kurikulum khusus diarahkan agar perangsangan-perangsangan yang diberikan mempunyai pengaruh untuk menambah atau memperkaya program dan tidak semata-mata untuk mempercepat berfungsinya sesuatu bakat luar biasa yang dimiliki. Isi kurikulum harus mengarah pada perkembangan kemampuan anak yang berorientasi inovatif dan tidak reproduktif serta berorientasi untuk mencapai sesuatu yang tidak hanya sekedar memunculkan apa yang dimiliki tanpa dilatih menjadi kreatif. Hal lain yang penting adalah tersedianya faktor lingkungan yang berfungsi menunjang. Tujuan institusional dan instruksional serta isi kurikulum yang disusun secara khusus bagi anak berbakat membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai.
Guru yang melaksanakan tugas-tugas kurikuler yang telah digariskan mempunyai peranan yang penting agar apa yang akan diajarkan bisa merangsang perkembangan seluruh potensi yang dimiliki serta berhasil melatih setiap aspek yang berkembang memperlihatkan fungsi-fungsi kreatif dan produktif.
Mengenai pelaksanaan pendidikan khusus untuk anak berbakat pada umumnya dikelompokkan dalam tiga bentuk:
  • “Pemerkayaan” yaitu pembinaan bakat dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat pendalaman kepada anak berbakat setelah yang bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas yang diprogramkan untuk anak pada umumnya (independent study, projects, dan sebagainya).
  • “Percepatan” yaitu cara penanganan anak berbakat dengan memperbolehkan anak naik kelas secara melompat, atau menyelesaikan program reguler di dalam jangka waktu yang lebih singkat. Variasi bentuk-bentuk percepatan adalah antara lain early admission, advanced placement, advanced courses.
  • “Pengelompokan Khusus” dilakukan secara penuh atau sebagian, yaitu bila sejumlah anak berbakat dikumpulkan dan diberi kesempatan untuk secara khusus memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan potensinya.
Selain bentuk-bentuk pembinaan tersebut di atas, ada pula cara-cara pembinaan yang lebih bersifat informal, misalnya dengan pemberian kesempatan meninjau lembaga-lembaga penelitian-pengembangan yang relevan, atau pengadaan perlombaan-perlombaan.
Penyiapan Guru Untuk Anak Berbakat
Kualifikasi guru untuk anak berbakat dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
  • kualifikasi profesi; Persyaratan profesional / pendidikan antara lain meliputi: Sudah berpengalaman mengajar, Menguasai berbagai teknik dan model belajar mengajar, bijaksana dan kreatif mencari berbagai akal dan cara, mempunyai kemampuan mengelola kegiatan belajar secara individual dan kelompok, menguasai teknik dan model penilaian, mempunyai kegemaran membaca dan belajar
  • kualifikasi kepribadian, Persyaratan kepribadian antara lain: bersikap terbuka terhadap hal-hal baru, peka terhadap perkembangan anak, mempunyai pertimbangan luas dan dalam, penuh pengertian, mempunyai sikap toleransi, mempunyai kreativitas yang tinggi, bersikap ingin tahu.
  • kualifikasi hubungan social ; persyaratan hubungan sosial antara lain: dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, mudah bergaul dan mampu memahami dengan cepat tingkah laku orang lain (S.C.U. Munandar, 1981)
Implikasi bagi guru anak berbakat disimpulkan oleh Barbie dan Renzulli (1975) sebagai berikut:
  • guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tetapi juga bagaimana guru melakukannya
  • guru perlu memiliki pengertian tentang keterbakatan
  • guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak.
  • Guru memberikan tantangan daripada tekanan
  • Guru tidak hanya memperhatikan produk atau hasil belajar siswa, tetapi lebih-lebih proses belajar.
  • Guru lebih baik memberikan umpan balik daripada penilaian
  • Guru harus menyediakan beberapa alternatif strategi belajar
  • Guru hendaknya dapat menciptakan suasana di dalam kelas yang menunjang rasa harga diri anak serta dimana anak merasa aman dan berani mengambil resiko dalam menentukan pendapat dan keputusan.
Peran Orang Tua dalam Memupuk Bakat dan Kreativitas Anak
Orang tua yang bijaksana dapat membedakan antara memberi perhatian terlalu banyak atau terlalu sedikit, antara memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya dan memberi tekanan untuk berprestasi semaksimal mungkin.
Ada beberapa hal yang memudahkan orang tua agar lebih mantap dalam menghadapi dan membina anak berbakat (Ginsberg dan Harrison, 1977; Vernon, 1977) diantaranya adalah:
  • anak berbakat itu tetap anak dengan kebutuhan seorang anak
Jika ada anak-anak lain dalam keluarga, janganlah membandingkan anak berbakat dengan kakak-adiknya atau sebaliknya.
  • Sempatkan diri untuk mendengarkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya
  • Berilah kesempatan seluas-luasnya untuk memuaskan rasa ingin tahunnya dengan menjajaki macam-macam bidang, namun jangan memaksakan minat-minat tertentu
  • Berilah kesempatan jika anak ingin mendalami suatu bidang, karena belum tentu kesempatan itu ada di sekolah.
  • Kerjasama Antara Keluarga, Sekolah dan Masyarakat
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama keluarga (orang tua), sekolah, dan masyarakat. Keluarga dan sekolah dapat bersama-sama mengusahakan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat, misalnya dalam memandu dan memupuk minat anak. Tokoh-tokoh dalam masyarakat dapat menjadi “tutor” untuk anak berbakat yang mempunyai minat yang sama.
6. Pergaulan Anak Berbakat
Anak berbakat akan lebih suka bergaul dengan anak-anak yang lebih tua dari segi usia, khususnya mereka yang memiliki keunggulan dalam bidang yang diminati. Misalnya saja ada anak kelas II Sekolah Dasar yang sangat suka bermain catur dengan orang-orang dewasa, karena jika ia bermain dengan teman sebayanya rasanya kurang berimbang. Dalam hal ini para orang tua dan guru harus memakluminya dan membiarkannya sejauh itu tidak merugikan perkembangan yang lain.
Di dalam keluarga, orangtua mencarikan teman yang cocok bagi anak-anak berbakat sehingga ia tidak merasa kesepian dalam hidupnya. Jika ia tidak mendapat teman yang cocok, maka tidak jarang orang tua dan keluarga, menjadi teman pergaulan mereka. Umumnya anak berbakat lebih suka bertanya jawab hal-hal yang mendalam daripada hal-hal yang kecil dan remeh. Kesanggupan orang tua dan keluarga untuk bergaul dengan anak berbakat akan sangat membantu perkembangan dirinya.
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi terwujudnya bakat seseorang
Banyak faktor-faktor yang menentukan sejauh mana bakat seseorang dapat terwujud.
1. keadaan lingkungan seseorang, seperti: kesempatan, sarana dan prasarana yang tersedia, sejauh mana dukungan dan dorongan orang tua, taraf sosial ekonomi orang tua, tempat tinggal, di daerah perkotaan atau di pedesaan, dan sebagainya.
2. keadaan dari diri orang itu sendiri, seperti minatnya terhadap suatu bidang, keinginannya untuk berprestasi, dan keuletannya untuk mengatasi kesulitan atau rintangan yang mungkin timbul.
3. Tingkat kecerdasannya (intelegensi).
kecerdasan ditentukan baik oleh bakat bawaan (berdasarkan gen yang diturunkan dari orang tuanya) maupun oleh faktor lingkungan (termasuk semua pengalaman dan pendidikan yang pernah diperoleh seseorang; terutama tahun-tahun pertama dari kehidupan mempunyai dampak terhadap kecerdasan seseorang).
8. Pelayanan Anak Berbakat Intelektual di Masa yang Akan Datang
Menurut Sidi (2004), model layanan pendidikan lain perlu dikembangkan oleh pemerintah guna memfasilitasi berbagai macam bidang keberbakatan, seperti:
· Akselerasi Bidang Studi:
akselerasi untuk satu mata pelajaran yang menonjol dan sangat dikuasai siswa
· Mentorship:
melayani berapa pun jumlah siswa yang mampu mengikuti akselerasi, meskipun hanya satu siswa, harus tetap dilayani dengan metode mentorship atau self paced instruction.
· Sistem Kredit:
menggunakan pelayanan akselerasi dengan sistem kredit.
· Pengayaan Materi pada Mata Pelajaran Tertentu:
(full out program) untuk mata pelajaran atau pada hari tertentu saja sehingga anak bisa tetap bersama dalam kelas dengan anak-anak lainnya.
· Kelas Super Saturday:
pelayanan belajar di mana pengayaan materi dilakukan setiap hari sabtu dalam berbagai bidang di luar mata pelajaran sekolah, seperti astronomi, psikologi, kelautan dsb. Kerja sama dengan pihak dari berbagai disiplin dapat membantu memfasilitasi berbagai jenis keberbakatan.
· Pendirian Pusat Keberbakatan:
untuk mewadahi dan memberikan pelayanan terhadap anak berbakat kesenian, kebudayaan, olah raga dan lain-lain.
· Sertifikasi bagi Guru Pengajar Gifted:
sertifikasi ini penting untuk menjaga kualitas layanan pendidikan anak berbakat dan guru harus dipacu untuk terus belajar, bahkan sampai gelar strata 3 (Doktor).
Tantangan Pelayanan Pendidikan Anak Berbakat di Masa Depan
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan sebagai tantangan pelayanan pendidikan anak berbakat di masa depan (Sidi, 2004) antara lain adalah:
1. Dukungan finansial di Indonesia yang belum memadai sehingga sangat diperlukan sumber dana baik dari luar negeri maupun dari APBN
2. Perlunya pengembangan organisasi pemerintah yang mewadahi masalah keberbakatan di Indonesia. Contohnya, menjadikan masalah keberbakatan menjadi salah satu tugas pokok dan fungsi direktorat jenderal sehingga ada direktorat yang membawahi masalah seleksi, pelatihan, kurikulum, program dan personalia.

Strategi Pengembangan di Masa yang Akan Datang
Strategi pengembangan pelayanan pendidikan anak berbakat (Sidi, 2004) meliputi hal-hal berikut:
1. penyediaan, pengadaan dan peningkatan kemampuan SDM yang berkualitas.
2. proses pembelajaran yang berkualitas
3. adanya frekuensi penelitian yang cukup dan berkualitas
4. sosialisasi ke mancanegara (tingkat internasional).

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Suasana Yang Menyenangkan Untuk Meningkatkan Kreatifitas

Kata menyenangkan dalam Bahasa Inggris berarti “fun”. Kata fun sekarang sangat disenangi oleh banyak pebisnis dan sangat fenomena. Banyak aktivitas sosial dan aktivitas pembelajaran yang menggunakan label fun. Yaitu seperti fun bike, fun learning, fun house atau having fun. Event atau kegiatan yang menggunakan kata fun pasti menyenangkan, karena terasa menantang dan sekaligus memberi hiburan. Sebaliknya kegiatan yang jauh dari suasana fun (menyenangkan) diperkirakan bahwa suasananya akan membosankan dan menyebalkan, itu karena suasananya banyak menekan dan menyiksa perasaan.

Dapat dibayangkan bahwa aktivitas yang bernuansa fun (menyenangkan) memang akan menggairahkan. Seperti dalam kegiatan fun bike, peserta yang bercucuran keringat namun masih menebar senyum karena di sana ada suasana riang gembira. Aktivitas fun learning yaitu suasana belajar yang membuat pesertanya selalu bersemangat dalam melakukan eksplorasi intelektual. Begitu pula aktivitas dalam fun house, yang mana anggota keluarganya selalu riang gembira karena diberi kehangatan dan komunikasi yang sangat menyenangkan.

Bayangkan kalau suasana di atas jauh dari kondisi fun, maka suasana tersebut tentu akan diganti oleh kondisi yang serba membosankan- bored atau boring. Maka selanjutnya label aktifitas akan menjadi boring bike, bored learning, boring house, atau yang lain mungkin menjadi boring school, boring game, boring hospital, dan lain-lain.

Belajar sudah menjadi kebutuhan primer kita. Banyak ungkapan ungkapan yang mendorong/ memotivasi kita untuk belajar, seperti; life long education atau belajar seumur hidup, tuntutlah ilmu dari ayunan hingga ke liang lahat, tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina, menuntut ilmu wajib bagi laki-laki dan perempuan.

Belajar itu sendiri tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga harus terlaksana di rumah dan dalam masyarakat. Belajar dibimbingb oleh guru, orang dewasa- instruktur dan orang tua. Para pembelajarnya adalah anak-anak atau siswa-siswi. Seharusnya suasana belajar haruslah menyenangkan atau fun in learning.

Rasa menyenangkan- feeling fun- memang sangat penting dalam semua aktivitas kehidupan. Dengan feeling fun hidup ini akan jadi berarti dan bergairah. Jilatan atau belaian seekor induk kucing pada anaknya akan membuat anak-anaknya jadi bersemangat dalam melompat dan mencengkram. Kata-kata yang menyejukan, dan kehangatan belaian ayah dan bunda membuat sang bayi dan balita jadi lincah dan selalu kreatif untuk bereksplorasi melalui pandangan, pendengaran dan jari-jarinya yang mungil. Sungguh rasa menyenangkan bisa membuat seseorang menjadi kreatif.

Banyak bukti yang menunjukan bahwa rasa senang bisa menciptakan kreatifitas. Sekali lagi bahwa bayi dan balita yang diasuh oleh orang tua yang memberikan rasa senang- menerima kehadirannya dan memberi kehangatan- akan membuatnya kreatif: menjadi lincah, riang gembira dan selalu melakukan eksplorasi. Guru guru taman kanak-kanak yang selalu memberikan rasa senang akan membuat anak didik jadi lincah dan cerdas. Tempat-tempat penitipan anak yang memberikan rasa senang akan membuat anak merasakan tempat penitipan sebagai rumah mereka sendiri. Pusat belanja- shopping center- yang memberikan rasa senang akan membuat pembeli menyerbu tempat tersebut.

Salah seorang teman penulis mengatakan bahwa banyak orang yang mampu membuat rumah mewah dan cantik, dan banyak stake holder yang mampu mendirikan sekolah dengan gedung yang indah dan megah, namun anggota keluarga enggan untuk berada dalam rumah atau atau anak didik jadi malas berlama-lama berada di sekolah. Penyebabnya adalah karena di sana tidak ada rasa senang atau feeling fun.

Benar bahwa cukup banyak orang yang bosan berada di rumah, di sekolah, di kantor, di tempat pelatihan, di tempat klub lainnya. Penyebabnya adalah karena di sana miskin dengan suasana yang menyenangkan. Rumah kayu yang sudah tua bisa terasa sangat menarik karena di sana ada rasa senang yang dikondisikan oleh pemilik rumah dari pada tinggal di rumah megah namun di sana penuh dengan keangkuhan, kemarahan dan tekanan terhadap perasaan. Sekolah megah atau pusat bimbingan belajara yang mewah tidak ada gunanya kalau di sana tidak ada keramah tamahan dan rasa senang.

Faktor manusia adalah faktor penentu bahwa rasa senang bisa hadir atau tidak. Rasa senang yang ada selanjutnya akan membuat warga atau peserta suatu kegiatan menjadi kreatif- tidak pasif. Pedagang, walaupun ia cantik atau tampan dan dibaluti oleh busana yang sangat bagus, namun berlaku kasar kepada pembeli/ pengunjung, maka tunggulah bahwa dagangannya bakal tidak laris. Guru dan pekerja sosial yang memberikan jasa- pelayanan pada orang lain- bila tidak ramah/ bersikap kasar, maka nasibnya akan sama dengan pedagang yang berkarakter kasar – yaitu menjadi guru dan pekerja sosial yang tidak disenangi oleh orang lain (anak didik atau client mereka).

Guru yang cuma mengejar target kurikulum, sekedar tugas mengajar, dan mengabaikan perasaan anak didik akan membuat guru tersebut (juga mata pelajarannya) menjadi sangat tidak menarik, kreatifitas anak didik akan tidak berkembang. Kemudian orang tua yang hanya banyak berharap agar anak bersikap manis dan patuh, namun kurang memahami perasaan anak, tentu akan menjadi orang tua yang tidak menarik dan rumah sendiri tidak pernah memberikan rasa senang, begitu pula dengan sang anak akan tidak kreatif dan suka bengong.

Rasa senang atau feeling fun- bisa diciptakan oleh orang tua, guru dan pemimpin dari suatu instansi. Pemimpin yang hanya pintar memonitor, merenacanakan program dan melakukan evaluasi serta berharap banyak tanpa mampu bersimpati dan berempati akan berpotensi dalam menciptakan kantor, perusahaan dan instansi yang sangat tidak menyenangkan. Pada akhirnya bawahannya akan tidak kreatif kecuali hanya sekedar bermental ABS- asal Bapak Senang atau karyawan yang bermental “Oke Boss”.

Sebuah instansi dengan boss yang membanggakan powernya dalam menjalankan kepemimpinannya. Kemudian membuat jarak sosial dan jual mahal untuk tersenyum dengan harapan agar bawahan jadi segan dan risih untuk mendekat. Namun apa yang diharapkan adalah bukan prestasi dan produktivitas yang tinggi tetapi yang terjadi adalah bawahan yang serba pasif dan tidak kreatifitas. Pemimpin seperti ini harus berfikir untuk segera mengundurkan diri sebagai pemimpin atau segera mengubah karakter agar bisa menciptakan rasa senang di lingkungan kerjanya.

Untuk fenomena di sekolah, sekali lagi, bahwa apakah perlu anak didik merayu dan memajang frase “senyum guru adalah oksigen bagiku”. Atau senyum guru adalah semangat belajar bagiku. Ini bisa menjadi indikasi bahwa cukup banyak ruang kelas di banyak sekolah- saat proses belajar mengajar- kurang dihiasi oleh senyum tulus guru. Kecuali senyum jengkel yang akan membuat kelas dan sekolah kehilangan rasa senang. Apa lagi kalau sekolah/ kelas juga selalu diguyur oleh tindakan menekan, tindakan mengancam dan tindakan meremehkan pribadi siswa, dimana pada akhirnya siswa menjadi malas, masa bodoh dan tidak punya kreatifitas sama sekali.

Pebisnis yang bergerak dalam menjual jasa, seperi perusahaan penerbangan, perbankan, perdagangan dan bisnis hiburan (tentu berharap keuntungan dari klien) sangat peduli dalam pemberian rasa senang terhadap kliennya. Mereka berbusana serapi mungkin, memberi senyum dan keramah tamahan setulus dan sebanyak mungkin. Maka tidak heran kalau banyak orang betah datang, duduk kebih lama dan menghabiskan uang di sana sehingga bisnis mereka juga beruntung. Sementara perusahaan atau instansi yang enggan memberi rasa senang dan ramah tamah, tetapi karena orang banyak terpaksa datang ke sana karena tidak ada alternative, akan memanen omelan dan umpatan dari klien, “wah saya kapok untuk mengurus surat ini atau akte ini lagi karena orangnya kasar dan sombong’.

Sungguh feeling fun, mudah untuk diucapkan, tetapi perlu realisasi. Feeling fun membuat suatu tempat (rumah, sekolah, kantor, klub, pabrik, dan lain-lain) akan jadi menarik. Feeling fun terbentuk oleh faktor tempat, waktu dan faktor kehangatan dan keramahan orangnya (orang tua, guru, pemimpin) dan selanjutnya feeling fun (rasa senang) akan membuat banyak anak, siswa, bawahan dan warga akan menjadi kreatif dan riang gembira selalu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Mengasah Kecerdasan Matematis Logis Anak Sejak Usia Dini

Sesungguhnya setiap anak dilahirkan cerdas dengan membawa potensi dan keunikan masing-masing yang memungkinkan mereka untuk menjadi cerdas. Howard Gardner dalam bukunya Multiple Intelligences, menyatakan terdapat delapan kecerdasan pada manusia yaitu: kecerdasan linguistik/verbal/bahasa, kecerdasan matematis logis, kecerdasan visual/ruang/spasial, kecerdasan musikal/ritmis, kecerdasan kinestetik jasmani, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Tugas orangtua dan pendidik lah mempertahankan sifat-sifat yang menjadi dasar kecerdasan anak agar bertahan sampai tumbuh dewasa, dengan memberikan faktor lingkungan dan stimulasi yang baik untuk merangsang dan mengoptimalkan fungsi otak dan kecerdasan anak.
Pada dasarnya setiap anak dianugerahi kecerdasan matematika logis. Gardner mendefinisikan kecerdasan matematis logis sebagai kemampuan penalaran ilmiah, perhitungan secara matematis, berpikir logis, penalaran induktif/deduktif, dan ketajaman pola-pola abstrak serta hubungan-hubungan. Dapat diartikan juga sebagai kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kebutuhan matematika sebagai solusinya. Anak dengan kemampuan ini akan senang dengan rumus dan pola-pola abstrak. Tidak hanya pada bilangan matematika, tetapi juga meningkat pada kegiatan yang bersifat analitis dan konseptual. Menurut Gardner ada kaitan antara kecerdasan matematik dan kecerdasan linguistik. Pada kemampuan matematika, anak menganalisa atau menjabarkan alasan logis, serta kemampuan mengkonstruksi solusi dari persoalan yang timbul. Kecerdasan linguistik diperlukan untuk merunutkan  dan menjabarkannya dalam bentuk bahasa.
Masih menurut Gardner, ciri anak cerdas matematik logis pada usia balita, anak gemar bereksplorasi untuk memenuhi rasa ingin tahunya seperti menjelajah setiap sudut, mengamati benda-benda yang unik baginya, hobi mengutak-atik benda serta melakukan uji coba. Seperti bagaimana jika kakiku masuk kedalam ember penuh berisi air atau penasaran menyusun puzzle. Mereka juga sering bertanya tentang berbagai fenomena dan menuntut penjelasan logis dari tiap pertanyaan yang diajukan. Selain itu anak juga suka mengklasifikasikan berbagai benda berdasarkan warna, ukuran, jenis dan lain-lain serta gemar berhitung.

Stimulasi dari kegiatan sehari-hari disekitar kita

Bagaimana kita merangsang kecerdasan matematis logis anak sejak usia dini? Bagimana kita menanamkan konsep matematis logis sejak dini? Kita bisa mengenalkan pertama kali pemahaman konsep matematika sejak usia dini dari lingkungan sekitar kita dan pengalaman sehari-hari anak serta memberikan stimulasi yang mendukung. Tentu saja hal ini dilakukan tanpa paksaan dan tekanan, dan melalui permainan-permainan. Dalam pendidikan anak, peran orangtua tak tergantikan dan rumah merupakan basis utama pendidikan anak. Banyak permainan eksplorasi yang bisa mengasah kemampuan logika matematika anak, namun tentu hal ini harus disesuaikan dengan usia anak. Saat anak balita bermain pasir, anak sesungguhnya sedang menghidupkan otot tangannya yang melatih motorik halusnya sehingga kelak anak mampu memegang pensil, menggambar dan lain-lain. Dengan bermain pasir anak sesungguhnya belajar estimasi dengan menuang atau  menakar yang kelak semua itu ada dalam matematika.
Ketika kita mengenalkan angka pada anak jangan hanya sebagai simbol, misalnya kita mempunyai dua jeruk, sediakan dua buah jeruk. Sehingga anak paham tentang konsep angka dan bilangan. Lagu juga bisa menjadi media untuk memperkenalkan berbagai tema tentang angka. Seperti lagu balonku ada lima. Atau kita bisa berkreasi menciptakan lagu sederhana sendiri sambil memperagakan jari kita sebagai alat untuk menghitung, sehingga secara perlahan anak mudah menangkap  konsep abstrak dalam bilangan.
Setelah anak mengenal bilangan 1 sampai 10, maka bisa  dikenalkan bilangan nol. Memberikan pemahaman konsep bilangan nol pada anak usia dini tidaklah mudah. Permainan ini dapat dilakukan dengan menghitung magnet yang ditempelkan di kulkas. Cobalah mengambil satu persatu dan mintalah anak  menghitung yang tersisa. Lakukan berulangkali sehingga magnet di kulkas tidak ada lagi yang melekat. Saat itu dapat diunjukkan bahwa yang dilihat pada kulkas adalah 0 (nol) magnet.
Saat berada di dapur, kita bisa mengenalkan konsep klasifikasi dan pengelompokan yang berkaitan dengan konsep logika matematika, misalnya dengan cara anak diminta mengelompokkan sayuran berdasarkan warna. Mengasah kemampuan berhitung dalam pengoperasian bilangan sederhana, misalnya ketika tiga buah apel dimakan satu buah maka sisanya berapa. Bisa juga membuat bentuk-bentuk geometri melalui potongan sayuran. Sesekali lakukan juga kegiatan membuat kue bersama, selain dapat menambah keakraban dan kehangatan keluarga, anak-anak juga dapat belajar matematika melalui kegiatan menimbang, menakar, menghitung waktu. Memasak sambil melihat resep juga melatih keterampilan membaca dan belajar kosakata. Jangan risaukan keadaan dapur yang akan menjadi kotor dan berantakan dengan tepung dan barang-barang yang bertebaran, karena seperti slogan sebuah iklan bahwa berani kotor itu baik. Anak senang dan tanpa sadar mereka telah belajar banyak hal. Saat dimeja makan pun kita mengajarkan pembagian dengan bertanya pada anak, misalnya supaya kita sekelurga kebagian semua, puding ini kita potong jadi berapa ya? Lalu bila puding sudah dipotong-potong, angkat satu bagian dan tanyakan seberapa bagiankah itu? Hal ini terkait dengan konsep pecahan.
Kita dapat juga memberikan konsep matematika seperti pemahaman kuantitas, seperti berapa jumlah ikan hias di akuarium. Ketika bersantai di depan rumah, anak diajak menghitung berapa banyak motor yang lewat dalam 10 menit. Kenalkan juga konsep perbandingan seperti lebih besar, lebih kecil dan sebagainya, misalnya dengan menanyakan pada anak roti bolu dengan roti donat mana yang ukurannya lebih besar. Saat kita mengenalkan dan menanyakan pada anak bahwa mobil bergerak lebih cepat daripada motor, pohon kelapa lebih tinggi dari pohon jambu, atau tas kakak lebih berat daripada tas adik, sebenarnya hal ini sudah termasuk mengajarkan anak pada konsep kecepatan, panjang dan berat, sehingga fungsi kecerdasan matematikanya menjadi aktif.
Untuk kegiatan di luar rumah, ketika kita mengajak anak berbelanja, libatkan ia dalam transaksi sehingga  semakin melatih keterampilan pengoperasian seperti penjumlahan dan pengurangan. Bisa juga dengan permainan toko-tokoan atau pasar-pasaran dengan teman-temannya. Kita juga dapat memberikan anak mainan-mainan yang edukatif seperti balok-balok, tiruan bentuk-bentuk geometri dengan dihubungkan dengan benda-benda disekitar mereka Ada bentuk-bentuk geometri seperti segitiga, segiempat, lingkaran, persegi panjang dan lain-lain. Pengenalan bentuk geometri yang baik, akan membuat anak lebih memahami lingkungannya dengan baik. Saat melihat roda mobil misalnya anak akan tahu kalau bentuknya lingkaran, meja bentuknya segiempat, atap rumah segitiga dan sebagainya. Kita juga bisa memberikan game-game dalam komputer yang edukatif yang mampu merangsang kecerdasan anak.
Permainan-permainan tradisional pun dapat merangsang dan meningkatkan kecerdasan matematis logis anak seperti permainan congklak atau dakon sebagai sarana belajar berhitung dan juga bermanfaat melatih kemampuan manipulasi motorik halus terutama melatih kekuatan jari tangan yang di kemudian hari bermanfaat untuk persiapan menulis. Selama bermain anak dituntut untuk fokus mengikuti alur permainanyang pada gilirannya akan melatih konsentrasi dan ketekunan anak yang dibutuhkan saat anak mengikuti pelajaran disekolah.

Lebih cerdas dengan bermain

Mengapa stimulasi untuk kecerdasan anak banyak melalui permainan-permainan dan kegiatan bermain yang menyenangkan? Karena dengan bermain akan membuat anak dapat mengekspresikan gagasan dan perasaan serta membuat anak menjadi lebih kreatif. Dengan bermain juga akan melatih kognisi atau kemampuan belajar anak berdasarkan apa yang dialami dan diamati dari sekelilingnya. Saat memainkan permainan yang menantang, anak memiliki kesempatan dalam memecahkan masalah (problem solving). Misalnya menyusun lego atau bermain pasel. Anak dihadapkan pada masalah, tetapi bukan masalah sebenarnya, melainkan sebuah permainan yang harus dikerjakan anak. Masalah yang mengasyikkan yang membuat anak tanpa sadar dilatih untuk memecahkan sebuah masalah. Hal ini akan memperkuat kemampuan anak keluar dari masalah. Misalnya ketika sedang menalikan sepatu, anak akan berusaha menggunakan seluruh kemampuannya untuk menyelesaikan hingga tuntas. Dan ini juga akan melatih ketika anak kelak di sekolah  mendapat pelajaran-pelajaran matematika yang berdasarkan pemecahan masalah (problem solving).
Bagi usia prasekolah, ketika orangtua sudah mulai merangsang kecerdasan logis matematis dirumah, maka akan lebih mudah bagi anak menerima konsep matematika ketika mulai masuk sekolah. Bagi anak yang telah masuk sekolah, orangtua juga harus terus mendukung dengan memberikan berbagai macam eksplorasi ataupun permainan-permainan yang semakin mengasah kecerdasan matematik logis anak dengan cara yang kreatif dan menyenangkan untuk terus menarik keingintahuan anak. Dengan demikian anak akan menyukai pelajaran matematika karena matematika ternyata ada disekitar mereka dan mereka mengetahui tujuan belajar matematika. Tentu hal ini harus didukung dengan pola pengajaran matematika di sekolah yang menyenangkan, kreatif, kontekstual, realistik, menekankan pada proses dan pemahaman siswa dan problem solving (pemecahan masalah), kreatif dalam mengenalkan dan mengajarkan konsep matematika serta dengan berbagai macam permainan dan alat peraga yang menarik sehingga matematika akan menjadi pelajaran yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu. Dalam buku yang berjudul ”Menjadi Guru Yang Mampu dan Bisa Mengajar” disebutkan Learning is Most Effective When It’s Fun.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kiat – kiat Mengajar Anak SD

BAHASA INDONESIA
Mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang paling mudah , tetapi kalau tidak bervariasi / kurang menarik pengajarannya maka akan menimbulkan kebosanan.
Tips yang terbaik untuk mengajar dan belajar Bahasa Indonesia yang baik , mudah dan menarik , sebagai berikut :
- Melalui percakapan , puisi , drama , berpantun , bercerita , berpidato, dan membaca , untuk menampilkan anak – anak. Guru harus benar – benar sudah mempersiapkan pokok bahasan yang akan diajarkan berupa naskah. Selanjutnya mengadakan latihan – latihan yang sudah dilakukan oleh anak – anak . Bilamana perlu, bisa ditampilkan melalaui kegiatan panggung yang diselenggarakan di sekolah atau dilombakan .Dengan cara tersebut di atas disamping mendidik anak – anak untuk berani tampil sekaligus menjadikan anak tersebut lebih percaya diri.
- Pengajaran Bahasa Indonesia di kelas I dan II ditekankan pada bentuk tulisan ,membaca, dan pemahaman tiap kata . Kalau siswa sudah mampu menguasai perbendaharaan kata yang banyak dan sudah bisa membuat kalimat sendiri maka siswa tersebut baru bisa membuat karangan singkat dari buku yang pernah mereka baca.
- Tulisan siswa Kelas I dan II masih cenderung kurang bagus , guru harus bisa melatih siswa untuk menulis tegak bersambung yang baik dan benar . Bila tulisan anak sudah cukup baik dan benar maka dengan mudah guru mengajak siswa untuk belajar Bahasa Indonesia
- Metode permainan , seperti : teka teki silang dan kata berkait
- Mengadakan kunjungan rutin ke perpustakaan sekolah , siswa dapat membaca dan meminjam buku – buku yang bermanfaat sekaligus menambah pengetahuan mereka
ILMU PENGETAHUAN ALAM
Mata pelajaran IPA merupakan pelajaran yang sangat menyenangkan , karena selain belajar menambah pengetahuan , kita juga dapat mengetahui keadaan alam sekitar , tumbuhan , mengenal poster tubuh hewan dan manusia bahkan mempelajari keadaan ruang angkasa. Untuk mempelajari IPA yang menyenangkan bisa mengajak anak-anak ke Planetarium , Kebun Raya Purwodadi , Kebun Binatang Surabaya dan Kapal selam .
Kiat – kiat supaya berhasil di dalam belajar IPA di sekolah adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan alat peraga.
2. Kegiatan Praktikum di ruang laboratorium.
3. Memilih jenis Praktikum yang mudah ,aman, menarik dari bahan yang mudah di dapat dan bekerja bersama di dalam kelompok – kelompok kecil.
4. Pemanfaatan OHP di dalam Kelas maupun di Ruang Laboratorium.
5. Pembuatan Herbarium dan Insektarium.
6. Membuat suasana/kondisi belajar yang menyenangkan , namun tetap pada tujuan pembelajaran.
7. Memberikan catatan tidak terlalu banyak , yang penting – penting saja dan tidak terdapat di dalam buku siswa atau hal baru dalam ilmu pengetahuan.
8. Memberikan latihan – latihan yang langsung bisa dievaluasi di elas setelah menerima penjelasan dan umpan dari guru.
9. Menggunakan CD ROM, VCD tentang Pengetahuan Alam yang sudah disediakan sekolah.
10. Sering mencari pengetahuan baru di perpustakaan , anak disurh bercerita atau membuat rangkuman secara singkat.
11. Memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah misalnya : taman sekolah/halaman dan kolam ikan.
12. Pekerjaan rumah diberikan sebagai latihan soal – soal untuk memacu siswa belajar IPA.
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Untuk mempermudah pengajaran IPS dan Sejarah sekaligus dapat menyenangkan siswa , maka sebagai guru harus mempunyai trik – trik mengajar , antara lain :
1. Untuk membentuk pemahaman yang mendalam tentang belajar IPS sebaiknya bisa dilakukan melalui permainan ” Around The Word ” khususnya untuk mengajarkan PETA INDONESIA di Kelas IV dan V sedangkan PETA DUNIA di Kelas VI.
2. Kegiatan Outing Program /Out door misalnya : Kunjungan ke Museum , Tugu Pahlawan, atau tempat – tempat bersejarah lainnya.
3. Pengajaran Sosio Drama dalam pengajaran sejarah , sangat membantu anak untuk lebih mudah menghafalkan nama – nama pahlawan , karena anak secara langsung terlibat didalamnya dan berperan sebagai pahlawan tersebut.
4. Melalui Cerdas Cermat akan melatih siswa belajar :
- mengenal negara maupun kota – kota di dunia.
- mengetahui ibu kotanya
- mengenal kebudayaan tiap kota atau negara .
- mengetahui hasil terkenal di tiap daerah/negara.
5. Kata Berkait dalam pelajaran IPS / Sejarah juga sangat menarik bila dilakukan dalam pengajaran di kelas , sambil bermain sekaligus belajar ,misalnya : Untuk menghafal ibukota / provinsi di Indonesia.

Kiat – kiat Mengajar Anak SD

Apabila hal tersebut di atas dipelajari secara rutin maka anak tersebut mempunyai pengetahuan tentang IPS / Sejarah secara luas.
MATEMATIKA
Mata pelajaran metematika sebenarnya merupakan salah satu materi pelajaran yang menyenangkan, jika kita pandai dalam mata pelajaran matematika berarti kita sudah terlatih untuk teliti, berpikir kritis dan praktis, tetapi sayang banyak siswa yang merasa bahwa pelajaran Matematika identik dengan mata pelajaran yang paling sulit dan menegangkan , sehingga kurang diminati oleh siswa. Guru selalu berupaya untuk mencari cara yang termudah untuk memahami rumus – rumus pengerjaan mata pelajaran Matematika .
KIAT-KIAT KHUSUS UNTUK MEMPERMUDAH BELAJAR MATEMATIKA :
1. Pemahaman rumus matematika dengan permainan
2. Penggunaan alat peraga.
3. Penjumlahan , Pengurangan , Perkalian dan Pembagian harus dipahami benar , terutama dalam soal-soal yang bervariasi di dalam soal cerita.
4. Sering mengadakan diskusi / kerja sama untuk menentukan tahap-tahap penyelesaian soal – soal secara cepat , tepat dan mudah dipahami.
5. Memperkenalkan berbagai macam bentuk bangun geomitri melalui papan berpaku ,sekaligus belajar mempelajari cara mencari Luas dan Volume bangun, mengukur panjang, pendek, berat suatu benda. Siswa dibiasakan untuk bisa menggambar sendiri bentuk bangun – bangun tersebut dan mencoba mengukuratau menimbang berat benda. Mencari Sumbu simetri lipat.
6. Fasilitas ruang kelas juga bisa digunakan sebagai alat peraga yang efisien misalnya : belajar pengubinan.
7. Untuk mengenal pelajaran pembelian , penjualan , laba dan rugi ,sebaiknya melalui kegiatan membuka” Pasar sederhana ” di kelas . Siswa dianjurkan membawa uang logam maupun uang kertas , dalam kegiatan tersebut selain kita mengajarkan matematika materi ” Uang” sekaligus mengajak siswa belajar sambil bermain, anak terpacu untuk melakukan jual beli. Disamping itu mereka tahu persis berapa nilai nominal masing – masing uang ,sehingga siswa tidak merasa sulit belajar matematika tetapi justru menyenangkan.
8. Pelajaran Matematika bisa diajarkan melalui permainan :
- Rumah penjumlahan untuk Kelas I dan II
- Rumah Perkalian untuk Kelas III s.d VI.
- Teka teki Silang Matematika
- Cerdas Cermat
9. Materi Matematika dapat disampaikan melalui Bhs Indonesia maupun Berbahasa Inggris.
10. Kunci keberhasilan belajar Matematika :
- Rajin berlatih mengerjakan soal.
- Sesering mungkin diadakan mencongak ( menjawab secara cepat dan tepat dalam waktu singkat )
- Memberi kesempatan untuk mengikuti lomba Matematika baik diadakan di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
- Melalui Mental Aritmetika juga bagus karena melatih berpikir secara cepat dan tepat.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kiat Orang Tua Menciptakan Suasana Kondusif untuk Aktivitas Membaca yang Menggairahkan

Mungkin tak pernah terbayangkan bahwa ternyata anak-anak memiliki potensi yang luar biasa. Di dalam tubuhnya yang mungil, tersimpan energi yang fantastis, yang selama ini barangkali seolah terlupakan oleh kesewenangwenangan orang tua. Apalah artinya mereka dibanding hebatnya kita, demikian barangkali cara kita berfikir dulu. Bahkan, hingga paradigma berfikir ini masih menghinggapi sebagian besar diantara kita.

Usia, pengalaman, atau kepintaran orang tua, secara kuantitas jelas lebih dibanding anak-anak. Namun, ternyata apabila potensi yang dimiliki anak-anak dieksplorasi secara tepat dan disalurkan dengan cara yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka, maka sesuatu yang tak terbayangkan tidak mustahil akan mudah kita saksikan! Tidak percaya?

Fenomena anak-anak yang di usia dini mampu melahirkan karya tulis berupa buku merupakan fakta kuat yang tak terbantahkan bahwa ternyata mereka benar-benar memiliki potensi luar biasa. Penulis cilik Indonesia yang mulai bermunculan dalam kurun waktu enam tahun terakhir merupakan anugerah yang sangat besar, yang memberikan setitik harapan baru di tengah pasang surutnya mutu penddikan anak-anak kita. Apa yang telah mereka lakukan seolah mengingatkan kita kembali bahwa anak-anak, apabila diberi dorongan, kesempatan dan kepercayaan, ternyata mampu melakukan hal-hal yang selama ini seolah hanya bisa dilakukan oleh orang dewasa. Bukan hanya itu, bahkan adakalanya apa-apa yang telah mereka upayakan seperti semangat, keberanian dan kegigihan dalam mencapai sebuah target atau prestasi seringkali melebihi kemampuan orang dewasa.

Membaca dan menulis, 2 aktivitas yang saling berkaitan. Namun sayang sekali banyak orang yang terjebak dengan persepsi sendiri tentang kecerdasan majemuk. Seolah-olah anak dengan kecerdasan interpersonal tak (terlalu) memerlukan aktivitas membaca lagi. Dengan kata lain, seolah membaca hanya diperlukan oleh anak-anak dengan kecerdasan linguistik. Padahal dengan membaca, seorang anak yang memiliki kecerdasan matematis logis akan lebih mudah memahami kaidah logika serta mempunyai lebih banyak kesempatan untuk memahami kaidah tersebut dari sudut pandang yang lain. Selain itu anak-anak yang gemar membaca akan memiliki rasa kebahasaan yang tinggi. Kondisi ini pada akhirnya akan dapat membantu menjadikan gagasan yang mereka tuangkan dalam bentuk tulisan menjadi “mengalir”.

Menjadikan anak-anak senang membaca, bahkan menulis, perlu kiat-kiat. Berikut ini beberapa diantaranya:

1. Memahami dunia anak

  • Perkenalkan anak pada (fisik) buku sedini mungkin
  • Letakkan buku tak jauh dari permainan anak-anak
  • Memahami efektivitas dongeng
  • Bergantian bercerita atau bercerita dengan alat permainan yang ada di sekitar mereka
  • Membaca buku dan tulisan bersama-sama dengan riang gembira
  • “Menggantung” cerita
  • Memilih mainan edukatif untuk mendukung suasana belajar di rumah

2. Anak (Sebenarnya) Hanya Butuh Contoh
  • Mulai dari diri sendiri
  • Mulai dari rumah, mulai dari sekarang
  • Tunjukkan minat pada buku secara atraktif
  • Jadikan jalan-jalan ke toko buku menjadi kegiatan yang rutin dan menyenangkan
  • Perkenalkan anak-anak pada perpustakaan sedini mungkin
  • Buat taman bacaan

3. Tunjukkan Arti Penting Buku
  • Kado istimewa : buku dan teman-temannya”
  • Buku : oleh-oleh bepergian
  • Ajari anak menabung untuk beli buku
  • Jadikan buku sebagai salah 1 bekal perjalanan Anda

4. Fasilitasi Sesuai Kemampuan
  • Usahakan anak memiliki tempat spesifik untuk buku-bukunya
  • Siapkan buku dalam jumlah yang cukup
  • Tak ada rotan akar pun jadi: kertas daur ulang
  • Ke toko buku loakan, why not?
  • Sediakan buku harian, diary, notes, sesuai pilihan mereka

5. Bangkitkan Kreativitas
  • Buat mading unik
  • Buat buku sendiri

6. Bantu Anak Menemukan Manfaat Buku
  • Gali hobi dan minat anak, kemudian cari buku atau informasi yang mendukung hobi dan minat tersebut
  • Membaca : dasar menulis

7. Tunjukkan Antusiasme
  • Cobalah pakai rumus 5W + H (What, Why, Who, When, Where + How)

8. Jadilah Motivator
  • Dorong anak-anak untuk ikut dalam event perlombaan, namun jangan dipaksa
  • Coba tawarkan untuk mengirimkan ke media
  • Jangan lupa membekali dengan semangat “Berani Kalah”
  • Siapkan hadiah eksklusif

9. Beri Apresiasi Lebih
  • Tetapkan target anak, bukan target orang tua
  • Jangan terlalu reaktif atas kesenangan menulis di sembarang tempat, arahkan saja
  • Orientasi proses, bukan hasil
  • Beri penghargaan dalam porsi yang tepat
  • Biarkan tulisan apa adanya, biarkan mengalir
  • Semua anak cerdas
  • Perlakukan semua anak secara istimewa
  • Yakinlah: semua anak kita mampu
10. Ciptakan Suasana Kondusif
  • Ciptakan keterbukaan dan keberanian berpendapat
  • Rangsang keingintahuannya
  • Jangan selalu menjawab semua pertanyaan mereka
  • Pancing terus analisanya
  • Beri ruang yang cukup untuk kebebasan berekspresi
  • Ingatlah: jangan sekali-kali meremehkan anak
  • Berusahalah jangan pelit pujian
  • Dengarkan celotehnya sekonyol apapun
  • Buka ruang dialog seluas-luasnya
  • Biarkan mereka mengkritik kita, bahkan ucapkan terima kasih atas masukannya
  • Sosialisasikan peraturan dengan persuasif
  • Tanamkan banyak pilihan dalam hidup
  • Melatih tanggung jawab
  • Tanamkan kemandirian
  • Pupuk rasa percaya diri anak
  • Hindari kekerasan terhadap anak
  • Biarkan anak-anak mengidolakan kita
11. Sikapi Televisi Secara Cerdas
  • Pengamat televisi, bukan sekedar penikmat
  • Kritis terhadap film kartun
  • Cari substitusi

12. Sinkronisasi Rumah, Sekolah, Lingkungan
  • Siapa kita = siapa teman kita
  • Ajak anak membangun lingkungan
  • Sinkronisasi pola pendidikan di rumah dan di sekolah

Membaca, menulis dan berhitung adalah 3 kemampuan dasar yang mutlak harus dimiliki oleh semua anak-anak kita, tanpa terkecuali. Berikut beberapa kiat yang bisa dilakukan oleh orang tua diantaranya :

1. Anak-anak Memerlukan Figur
2. Lakukan Seawal Mungkin dan Konsisten
3. Ciptakan Suasana Menyenangkan
4. Bacakan Buku di Saat dan Waktu yang Tepat
5. Pastikan Dialog Dua Arah Terjalin Lancar
6. Jadikan Kunjungan ke Toko Buku, Perpustakaan atau Taman Bacaan menjadi Rutinitas Menyenangkan
7. Perkenalkan Anak pada Fisik Buku Sedini Mungkin
8. Siapkan Aneka Ragam Kertas dan “Teman-temannya”
9. Letakkan Buku Tak Jauh dari Tempat Bermain
10. Jadikan Buku sebagai Bekal Perjalanan
11. Brain Games

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN KREATIF DAN MENYENANGKAN, UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN

A.
Pendahuluan.
Hasil-hasil
pembelajaran berbagai bidang studi terbukti selalu kurang memuaskan berbagai
pihak yang berkepentingan (stakeholder). Hal tersebut setidak-tidaknya
disebabkan oleh tiga hal. Pertama, perkembangan kebutuhan dan aktivitas
berbagai bidang kehidupan selalu meninggalkan proses/hasil kerja lembaga
pendidikan atau melaju lebih dahulu daripada proses pembelajaran sehingga
hasil-hasil pembelajaran tidak cocok/pas dengan kenyataan kehidupan yang
diarungi oleh siswa. Kedua, pandangan-pandangan dan temuan-temuan kajian (yang
baru) dari berbagai bidang tentang pembelajaran membuat paradigma, falsafah,
dan metodologi pembelajaran yang ada sekarang tidak memadai atau tidak cocok
lagi. Ketiga, berbagai permasalahan dan kenyataan negatif tentang hasil
pembelajaran menuntut diupayakannya pembaharuan paradigma, falsafah, dan
metodologi pengajaran dan pembelajaran. Dengan demikian, diharapkan mutu dan
hasil pembelajaran dapat makin baik dan meningkat.
Dalam
peraturan pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan
merupakan usaha pemerintah untuk meningkatkan mutu Pendidikan di Indonesia.
Pasal 19 dari peraturan pemerintah
ini berbunyi sebagai berikut :
1)
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisifasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
2)
Selain ketentuan sebagaimana dimaksudkan pada ayat
(1), dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan
3) Setiap satuan
pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efesien.
Guru mempersiapkan siswanya
agar siswa siap untuk belajar. Sejalan dengan itu pula, guru mempersiapkan
dirinya untuk membelajarkan siswa. Kesiapan kedua belah pihak ini (guru dan
murid) merupakan awal dari sebuah keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam
hal kesiapan belajar bagi siswa dan kesiapan mengajar bagi guru ada beberapa
kegiatan yang dapat dilakukan dalam penciptaan suasana belajar.
B.
Pembelajaran
Kreatif dan Menyenangkan
Pembelajaran adalah
membangun pengalaman belajar siswa dengan berbagai keterampilan proses sehingga
mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru. Sedangkan kreatif
dimaksudkan agar guru mampu menciptakan kegiatan belajar yang beragam
sehingga memenuhi dan mampu memberikan pelayanan pada berbagai tingkat
kemampuan dan gaya belajar siswa. Di sisi lain menyenangkan dimaksudkan agar guru mampu menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatian secara penuh.
Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan merupakan usaha membangun pengalaman belajar siswa dengan berbagai
keterampilan proses untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru, melalui
penciptaan kegiatan belajar yang beragam dan mengkondisikan suasana belajar
sehingga mampu memberikan pelayanan pada
berbagai tingkat kemampuan dan gaya belajar siswa, serta siswa lebih terpusat perhatiannya
secara penuh.
Pembelajaran kreatif dan menyenangkan dalam pelaksanaannya hendaknya memperhatikan
hal-hal berikut.
a. Memahami sifat yang dimiliki
anak
Pada dasarnya anak memiliki
sifat: rasa ingin tahu dan kebebasan berimajinasi. Anak desa, anak
kota, anak orang kaya,anak orang miskin, anak Indonesia, atau bukan anak
Indonesia yang terlahir tidak mengalami gangguan jiwa
memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi
berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran
merupakan wahana yang perlu dikelola secara baik demi berkembangnya kedua sifat
anugerah Tuhan YME tersebut. Suasana pembelajaran abad 21 mengisyaratkan guru
memuji anak atas hasil karyanya, mengajukan pertanyaan yang menantang, dan
mendorong anak untuk melakukan percobaan.
b. Mengenal anak secara
perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan
keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam
pembelajaran kreatif dan menyenangkan perbedaan individual perlu diperhatikan
dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak
selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan
kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat
dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat
membantunya bila mendapat kesulitan sehingga anak tersebut belajar secara
optimal.
C.
Langkah-Langkah
Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan
Pembelajaran
merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling
berkaitan. Oleh karena itu, untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dan
menyenangkan diperlukan berbagai ketrampilan, diantaranya adalah ketrampilan
membelajarkan atau ketrampilan mengajar. Ketrampilan mengajar merupakan
kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai
kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Beberap keterampilan mengajar yang
sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, meliputi:
Pertama, ketrampilan
bertanya sangat perlu dikuasai guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif
dan menyenangkan, karena hampir dalam setiap tahap pembelajaran guru dituntut
untuyk mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang diajukan guru akan
menentukan kualitas jawaban peserta didik.
Kedua, penguatan merupakan
respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya
kembali perilaku tersebut. Penguatan bertujuan untuk meningkatkan perhatian
peserta didik terhadap pembelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi
belajar, meningkatkan kegiatan belajar, dan membina perilaku yang produktif.
Ketiga, mengadakan variasi
merupakan ketrampilan yang harus dikuasai guru yang bertujuan untuk
meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi standar yang relevan,
memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat peserta didik terhadap berbagai
hal baru dalam pembelajaran, memupuk perilaku positif peserta didik dalam
pembelajaran, serta memberi kesempatan kepada peserta didik untuk belajar
sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya. Variasi dapat dilakukan
pada gaya mengajar, penggunaan media dan sumber belajar, pola interaksi, dan
variasi dalam kegiatan pembelajaran.
Keempat, menjelaskan adalah
mendeskripsikan secara lisan tentang sesuatu benda, keadaan, fakta, dan data
sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku. Penjelasan dapat diberikan
selama pembelajaran, baik di awal, di tengah, maupun di akhir pembelajaran.
Penjelasan harus bermakna dan menarik perhatian peserta didik dan sesuai dengan
materi standar dan kompetensi dasar. Penjelasan dapat diberikan untuk menjawab
pertanyaan peserta didik dan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat
kemampuan peserta didik.
Kelima, membuka dan menutup
pelajaran merupakan dua kegiatan rutin yang dilakukan guru untuk memulai dan
mengakhiri pelajaran. Membuka dan menutup pelajaran yang dilakukan secara profesional
akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan pembelajaran diataranya
adalah membangkitkan motivasi belajar, siswa memiliki kejelasan mengenai
tugas-tugas yang harus dikerjakan, siswa memperoleh gambaran yang jelas
mengenai pembelajaran yang akan berlangsung, siswa memahami hubungan antara
pengalaman belajar yang telah dimiliki sebelumnya dengan hal-hal baru yang akan
dipelajari, siswa dapat menghubungkan konsep-konsep atau genelalisasi dalam
suatu peristiwa pembelajaran. Pada akhirnya siswa mengetahui tingkat
keberhasilannya terhadap materi yang dipelajari dan guru dapat mengetahui
tingkat keberhasilan atau efektifitas kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
Keenam, membimbing diskusi
kelompok kecil yang bermanfaat agar siswa dapat berbagi informasi dan
pengalaman dalam pemecahan suatu masalah, meningkatkan pemahaman terhadap
masalah yang penting dalam pembelajaran, meningkatkan ketrampilan dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan, mengembangkan kemampuan berfikir dan
berkomunikasi, membina kerjasama yang sehat dalam kelompok yang kohesif dan
bertanggung jawab.
Ketujuh, mengelola kelas
merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif,
dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas adalah kehangatan dan keantusiasan,
tantangan, variasi, fleksibel, penekanan pada hal-hal positif, dan penanaman
disiplin diri. Komponen keterampilan mengelola kelas adalah penciptaan dan
pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal, keterampilan yang berhubungan
dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal, pengelolaan kelompok dengan
cara peningkatan kerjasama dan keterlibatan siswa dan menangani konflik dan
memperkecil masalah yang timbul, serta menemukan dan mengatasi perilaku yang
menimbulkan masalah.
Kedelapan, mengajar kelompok
kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru
memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang
lebih akrab antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan
peserta didik. Khusus dalam melakukan pembelajaran perorangan perlu
diperhatikan kemampuan dan kematangan berfikir peserta didik, agar apa yang
disampaikan bisa diserap dan diterima oleh peserta didik.
Penguasaan terhadap semua
ketrampilan mengajar tersebut harus utuh dan terintegrasi, sehingga diperlukan
latihan yang sistematis, misalnya dapat dilakukan melalui pembelajaran mikro.
D.
Penutup
Suasana belajar perlu dirancang dengan
baik oleh guru agar dalam pembelajaran tumbuh minat belajar siswa. Penciptaan
suasana belajar merupakan langkah awal bagi guru untuk memfasilitasi
siswa-siswanya untuk belajar. Suasana
belajar yang kondusif memungkinkan imajinasi dan kreativitas siswa
berkembang. Latar belakang siswa yang
beragam dapat merupakan masukan yang baik dalam kelas bila dikelola secara
benar. Pengelolaan siswa berdasar kelompok keterampilan berfikir, keterampilan
bertindak, dan keterampilan lainnya dirancang oleh guru dalam pengelolaan kelas.
Perencanaan pembelajaran, penilaian, dan pengelolaan kelas sangat menentukan
keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
DePorter,
Bobbi dan Mike Hernacki. 1999. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. Bandung:
Penerbit KAIFA.
Dryden,
Gordon dan Jeanette Vos. 1999. The Learning Revolution: To Change the Way the
World Learns. Selandia Baru: The Learning Web.
Giddens, Anthony. 2001. Runway World. Jakarta:
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Meier,
Dave. 2000. The Accelerated Learning Handbook. New York: McGraw-Hill.
Silberman,
Melvin L. 1996. Active Learning: 101 Step to Teach Any Subject. Massachusetts: A Simon
and Schuster Company.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS